psikologi bahasa tubuh
Self Development

Psikologi Bahasa Tubuh: Stop Sentuh Wajah (Sulitkah?)

Salah satu bagian dari psikologi bahasa tubuh yang bisa Anda pelajari adalah isyarat menyentuh diri sendiri alias self touch.

Bentuk self touch bisa macam-macam: menggigit jari, memegang lengan, meremas telapak tangan, mengaruk-garuk leher dan tentu saja menyentuh wajah.

Lebih lanjut perihal menyentuh wajah, bahasa tubuh yang satu ini sangat menarik untuk dikaji karena orang sering melakukannya tanpa sadar kenapa dia melakukannya.

Sifatnya universal, siapapun dan dimanapun orang kerapkali melakukannya bila dihadapkan pada suatu situasi tertentu.

Sebenarnya, menyentuh wajah itu harus diwaspadai untuk jangan sering-sering dilakukan karena bisa menurunkan kepercayaan seseorang kepada Anda.

Baca juga: Hindari Bahasa Tubuh Ini Untuk Tingkatkan Trust

Apalagi saat ini seiring dengan penyebaran covid-19, Anda tentu harus lebih waspada untuk tidak menyentuh atau memegang wajah Anda.

Hal ini seiring dengan anjuran WHO dan Presiden Jokowi di detik.com sehubungan dengan cara mencegah penularan Covid-19.

Semua menyarankan agar Anda tidak menyentuh wajah sebelum cuci tangan untuk mencegah penularan Covid-19.

Apa sebab muncul anjuran stop menyentuh wajah sehubungan mencegah penularan Covid-19?

Stop Sentuh/Pegang Wajah

Sebaiknya, kita simak lagi bersama pernyataan MenKes Singapore terkait dengan covid-19 dalam video berikut:

Terjemahan bebasnya:

Apa itu Corona Virus

Corona virus berasal dari famili coronavirus, yang juga mencakup virus lain seperti MERS dan SARS serta varian lebih lemah lainnya yang menyebabkan flu secara umum,

Konsensus medis saat ini adalah coronavirus novel lebih menular tetapi tampaknya tidak begitu mematikan SARS,

Cara Penularan

Bukti menunjukkan bahwa tingkat penularan virus ini dari manusia ke manusia tampaknya lebih tinggi dari SARS, Untuk sekarang ini, bukti juga menunjukkan bahwa transmisi sebagian besar terjadi melalui percikan saliva yang mengandung virus,

Maksudnya adalah bahwa virus dibawa dalam percikan saliva yang dipancarkan dari orang yang terinfeksi dari jarak pendek seperti ketika orang itu batuk atau bersin,

Jika percikan ini bersentuhan dengan mata hidung atau mulut seseorang secara langsung atau tidak langsung misalkan melalui tangan yang telah melakukan kontak dengan ini percikan tersebut maka orang tersebut menjadi terinfeksi,

Untuk mengklarifikasi, tidak ada bukti saat ini menyatakan bahwa virus bisa melakukan transmisi lewat udara seperti cacar air yang bisa dengan mudah diangkut melalui udara, melalui arus udara dan tidak memerlukan percikan mengenai mata atau hidung, Coronavirus novel tidak dalam kategori virus ini,

Lebih lanjut, Coronavirus novel juga bisa ditularkan melalui kontak dengan permukaan ketika seseorang bersin atau batuk, Percikan saliva jatuh ke permukaan meja dan kursi dan virus mungkin tetap hidup hingga beberapa hari,

Ketika orang lain menyentuh permukaan meja dan kursi ini, bisa jadi virus dipindahkan ke tangannya dan dia kemudian Gosok mata atau hidungnya tanpa mencuci tangannya, dia mungkin terinfeksi,

Cucilah Tangan

Jadi kita harus mencuci tangan,

Ini juga mengapa kami hanya mengarantina kasus yang dikonfirmasi dari kontak dekat untuk kontak sesaat seperti individu yang mungkin dikonfirmasi berjalan di mal atau hotel resiko transmisi lebih rendah,

Ada bukti terbatas, virus menyebar dari seseorang tanpa gejala atau selama masa inkubasi, Bentuk transmisi ini mungkin jarang terjadi dan sejauh ini kasus yang terjadi masih menunjuk ke arah yang lebih tinggi penularan saat orang tersebut menampilkan gejala sakit,

Para profesional medis di luar negeri dan di Singapura telah menyarankan bahwa cara yang paling efektif untuk kita melindungi diri adalah dengan melakukan good personal hygine,

Hindari Sentuh Wajah

Kita harus mencuci tangan dengan sabun dan air secara teratur dan hindari menyentuh wajah dengan tangan,

Ini mungkin terdengar simple tetapi sebenarnya sangat sulit dilakukan karena kita semua menyentuh wajah kita sepanjang waktu,

Bahkan pada pertemuan ketika kita membahas hal ini, saya menyentuh wajah saya saat berbicara, sampai Menteri Lawrence Wong memberikan isyarat kepada saya untuk berhenti menyentuh wajah,

Jadi, ini sesuatu yang sederhana tetapi sangat sulit, Namun sebenarnya sangat efektif dalam mencegah segala macam infeksi,

Potensial infeksi dari orang tanpa gejala sebenarnya kurang kemungkinannya berasal dari batuk atau bersin langsung karena mereka tidak punya gejala,

Mereka tidak bersin atau batuk tetapi lebih mungkin dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dimana masker tidak menawarkan perlindungan,

Mengenakan masker saat kita sehat malah memberi kita pengertian yang salah dan kita menjadi lebih sering menyentuh wajah kita terus-menerus untuk menyesuaikan masker kita yang merupakan satu cara penyakit ini menyebar,

Pada saat yang sama, kita perlu melindungi orang lain yang kita cintai teman kolega dan sesama Warga Singapura. Jika kita sakit kita harus istirahat dan pulih di rumah. Sejauh mungkin jika kita harus pergi ke dokter misalkan kita harus memakai masker untuk melindungi orang lain….

Stopnya Ternyata Sulit!

Seperti pernyataan dari Menteri Kesehatan Singapore yang bilang bahwa stop pegang wajah itu sulit, yah memang begitulah adanya.

Pegang wajah sebagai psikologi bahasa tubuh itu mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilakukan.

Dengan kata lain, pegang wajah itu bisa terjadi pada siapapun contoh dalam video yang sudah viral dimana-mana berikut ini.

Coba Anda Perhatikan

Baru saja beberapa detik, Ibu Kepala petugas kesehatan Santa Clara County, California, berbicara perihal jangan menyentuh area wajah, ehh…tiba-tiba beliau menyentuh lidahnya tanpa sadar.

Tentu saja, itu semua beliau lakukan tanpa kesengajaan, tanpa menyadarinya karena sudah berjalan otomatis sudah menjadi kebiasaan

Mungkin Anda dan saya pun demikian, sebab video berikut juga menyampaikan betapa terkadang kita tak menyadari aktivitas kita menyentuh wajah.

Hampir Setiap Orang Melakukannya

Kenapa sulit untuk berhenti menyentuh wajah? Yah, karena sudah menjadi suatu kebiasaan.

Kebiasaan Menyentuh Wajah

Awal-awal dulu mungkin dilakukan untuk membersihkan wajah dari kotoran kemudian terbawa menjadi suatu kebiasaan yang Anda lihat dari orang tua Anda.

Tak tertutup kemungkinan, kebiasaan itu juga Anda dapat dari kakek, nenek, teman, sahabat yang kerapkali menyentuh wajah saat ada momen tertentu.

Terus menerus beranjak dewasa kebiasaan menyentuh wajah tersebut terbawa hingga membentuk kebiasaan khas dari Anda.

Namun, penjelasan secara psikologi kenapa Anda menyentuh wajah juga ada. Hal ini diungkap oleh Kevin Chapman, psikologist dan Direktur Kentucky Center for Anxiety and Related Disorders.

Menurut pak Kevin, Kebiasaan menyentuh wajah terjadi sebagai tanda bahwa Anda memberikan signal non verbal kepada orang lain disekitar Anda meskipun kerap kali Anda lakukan tanpa sadar.

Percobaan German Researchers

Satu percobaan pegang wajah yang dilakukan oleh German researchers malah membuktikan bahwa menyentuh wajah menjadi cara Anda untuk menghilangkan stres dan mengelola emosi.

Saat stres atau merasakan emosi tertentu, Anda akan cenderung untuk menyentuh wajah Anda.

Baca juga: Spontaneous Facial Self-Touch Gestures

Bila Anda perhatikan, seseorang akan menyentuh wajahnya bila terpicu oleh emosi dan perasaan yang terjadi didalam pikirannya.

Para ahli membaca bahasa tubuh sudah tahu benar masalah ini. Mereka malah bisa tahu seseorang berbohong atau tidak dari isyarat orang itu menyentuh wajah.

Misalkan, orang yang menyentuh hidung saat dirinya menjawab suatu pertanyaan.

Bisa jadi, hal tersebut menjadi tanda bahwa dia sedang tertekan atau sedang menyembunyikan sesuatu.

Oleh karena itu, menyentuh wajah adalah sesuatu yang alamiah dan Anda akan melakukannya karena terkait dengan emosi tertentu.

Area T-Zone

Sebenarnya, tidak ada masalah dalam menyentuh wajah, tetapi dalam hal mencegah penularan virus sebaiknya Anda paham area T-Zone.

Oke, daerah T-Zone adalah daerah mata, hidung dan mulut Anda yang seharusnya tidak disentuh.

Nah, ini yang kadang tidak disadari karena sesungguhnya hampir setengah dari sentuhan wajah Anda itu ada di daerah T-Zone.

Percobaan Mc Claws

Percobaan sederhana pernah dilakukan oleh Mc Claws membuktikan hal tersebut.

Profesor Mc Claws melakukan observasi dengan melibatkan para mahasiswa kesehatan di Universitas New South Wales.

Kebiasaan menyentuh wajah para mahasiswa diamati lewat rekanam video untuk mengetahui berapa sering mereka menyentuh area T-Zone dan non T-Zone

Hasilnya adalah,

Secara rata-rata 26 mahasiswa menyentuh wajah mereka sebanyak 23 kali dalam satu jam. Dari itu semua, 44% menyentuh daerah T-Zone, dan 56% menyentuh area Non T-Zone. Selanjutnya, dari 44% yang menyentuh area T-Zone, 36% melibatkan mulut, 31% hidung dan 27% daerah mata dengan 6% memegang kombinasi diantara ketiga area tersebut.

Baca juga : Face Touching: A frequent Habit That Has Implications for Hand Hygiene

Percobaan Kentaro Morita dan Rekan

Selanjutnya, ada juga eksperimen yang dilakukan oleh Kentaro Morita dan Rekan.

Eksperimen mereka dilakukan dengan mengawati orang dalam kondisi simulasi sedang naik kereta komuter.

Observasi dilakukan sebanyak 12 kali dalam kurung waktu kurang lebih selama sebulan.

Sebanyak 40 orang dilibatkan dimana jenis kelamin, karakter, warna kulit juga diamati untuk tahu apakah hal tersebut mempengaruhi perilaku menyentuh wajah.

Hasil dari observasi tersebut adalah:

  • Dari semua sentuhan wajah, kontak T-Zone adalah 42,2%, dan kontak non T-Zone adalah 57,8%;
  • Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kondisi perilaku, postur dan frekuensi menyentuh wajah;
  • Frekuensi menyentuh wajah dan kontak dengan T-Zone lebih tinggi untuk pria daripada wanita mungkin karena make-up;
  • Dan, Frekuensi menyentuh wajah dari mereka yang tidak memakai makeup secara signifikan lebih tinggi;
  • Frekuensi menyentuh wajah dari mereka yang berkulit kering dan sensitif jauh lebih tinggi;
  • Peserta dengan kebiasaan sering memegang tali di kereta, tetapi tak memperhatikan kebersihan tangan setelah turun kereta, frekuensi menyentuh T-Zone mereka semakin tinggi.

Baca juga: Measurement of Face-touching Frequency in a Simulated Train

Fokus Jangan Sentuh Area T-Zone

Well, ini sebenarnya yang harus Anda waspada walau pun sulit harus tetap dicoba agar Anda tidak menyentuh area T-zone Anda.

Video diatas merupakan courtesy dari Dr. Will Sawyer, infection prevention specialist yang telah lama mengkampanye 4 prinsip berikut:

  1. Cuci tangan saat kotor dan sebelum makan;
  2. Jangan batuk ke tangan;
  3. Jangan bersin ke tangan;
  4. Yang terpenting, jangan letakkan jari Anda di mata, hidung, atau mulut Anda!

Tips Stop Menyentuh Wajah

Lalu, bagaimana cara membiasakan diri agar tidak menyentuh wajah utamanya di area T-Zone:

1. Cermati Pemicu

Dari sekarang Anda sudah harus memperhatikan apa pemicu sehingga Anda menyentuh wajah Anda.

Belajar dari hasil pendapat para pakar diatas, pemicu bisa jadi karena gatal, stres, cemas atau pemicu lain yang tentunya setiap orang berbeda.

Kemudian, karena ini adalah suatu kebiasaan maka Anda bisa mengganti kebiasaan tersebut dengan kebiasaan lain.

Misalkan, ketimbang menyentuh wajah, lebih baik Anda menyentuh rambut Anda atau leher Anda.

Di lain waktu, Anda bisa melipat tangan ke depan dada atau mengaitkan kedua telapan tangan Anda saat ingin menyetuh wajah.

2. Kendalikan Stres atau Cemas

Lebih lanjut, bila pemicunya karena faktor stress dan kecemasan, tentunya Anda bisa lebih waspada dengan mengedalikan diri Anda untuk tidak stress dan cemas.

Misalkan, banyak-banyak memperhatikan napas Anda atau mengalihkan perhatian Anda kepada hal lain yang bisa mengurangi stress Anda.

3. Lakukan Afirmasi positif

Sebagaimana saran dari pak Kevin Chapman perihal psikologi bahasa tubuh.

Anda tidak bisa memerintahkan diri Anda untuk tidak menyentuh wajah, tetapi Anda bisa mengafirmasi diri Anda untuk lebih waspada dalam menyentuh wajah Anda.

Ketimbang berkata,”Saya tidak akan menyentuh wajah”, lebih baik Anda berkata “Saya perlu lebih waspada perihal menyentuh wajah” begitu kata Pak Kevin.

Perhatikan, pemilihan kalimat sangat penting untuk melakukan afirmasi.

Baca Juga : Afirmasi Positif Tips Dari Dan Pena

4. Kalau Gatal Gunakan Tisu?

Yah, namanya menyentuh wajah tentu saja paling mungkin terjadi karena rasa gatal diwajah. Oleh karena itu Anda bisa menyediakan tisu dan Anda menyentuh area wajah Anda dengan tisu.

Namun. Anda bisa juga cukup mengafirmasi diri Anda agar gatal hilang dengan fokus ke rasa gatal itu tanpa menyentuh wajah Anda.

5. Cuci Tangan/Bersihkan dulu

Tak ada jalan lain, bersihkan tangan Anda terlebih dulu dengan air dan sabun sebelum menyentuh wajah Anda dan kalau darurat bisa gunakan hand sanitizer.

Selalu juga terapkan pola hidup sehat seperti yang dikampanyenya KeMenkes.

Penutup

Kiranya menjadi informasi untuk kita semua perihal psikologi bahasa tubuh, bahwa stop menyentuh wajah memang tidak mudah, tetapi bukan berarti susah.

Alasan utama mengapa tidak mudah adalah karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan yang sering dilakukan dan terkadang Anda lakukan tanpa menyadarinya.

Kabar baiknya, namanya kebiasaan itu selalu terjadi karena ada pemicunya karena itu mengenal dan waspada terhadap pemicu menjadi keharusan.

Begitu ada pemicu dan Anda menyadarinya, Anda bisa mengalihkan tangan Anda untuk tidak menyentuh wajah terutama daerah T-Zone Anda.

Nah, untuk menjelaskan perihal psikologi bahasa tubuh kepada anak-anak ini bagaimana caranya?

Video berikut dari website Dr. Will Sawyer semoga bisa membantu menjelaskan kepada anak-anak memahami pentingnya kebersihan diri pribadi.

Demikian periha psikologi bahasa tubuh.

Semoga kita, Anda dan seluruh keluarga selalu diberikan kesehatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamin…

Salam…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Verified by MonsterInsights