kepo
Self Development

“KePo” : Benarkah Orang Indonesia Kepo

Kata “kepo” menurut kamus besar bahasa Indonesia daring (KBBI) adalah : rasa ingin tahu yang berlebihan tentang kepentingan atau urusan orang lain.

Pertanyaannya kenapa orang atau bisa Kepo?

Pernahkan Anda memperhatikan fenomena dimana orang banyak berkumpul lalu tiba-tiba ada orang lainnya juga ikut-ikutan bergabung?

Bahkan, Anda sendiri tanpa sadar juga ikut bergabung dengan orang banyak tersebut dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Ada apa si sebenarnya?

Ada penelitian yang dilakukan oleh tim opini perihal kepo-nya orang Indonesia.

Mereka mencoba memancing orang banyak dengan menggunakan 4 orang talent untuk berhenti dipinggir jembatan dan menengok ke jalan dibawah jembatan.

Tanpa jelas apa yang sebenarnya terjadi, satu orang pengendara motor kepancing ikutan melihat, dua-tiga orang ikutan mendekat dan bergabung.

Kemudian, beberapa pengendara motor ikutan berhenti karena “kepo” mau melihat ada apa yang terjadi di bawah jembatan. Hehehe.. Berikut ini videonya:

Menarik bukan?

Apakah ini memang bawaan orang Indonesia yang memang selalu ingin tahu?Kayaknya tidak saja di Indonesia fenomena seperti itu bisa terjadi. Di tempat lain pun bisa saja terjadi.

Analisa Prinsip Social Proof

Dr. Robert Cialdini pernah membahas fenomena ini dan mengenalkannya sebagai prinsip social proof atau social influence.

Bahwa, tindakan seseorang biasanya akan dipicu oleh tindakan orang lain dalam menghadapi situasi tertentu.

Ini biasa terjadi dalam situasi tertentu saat Anda berasumsi bahwa orang lain lebih memahami situasi yang terjadi ketimbang Anda sendiri.

Coba saja, Anda tentu akan memilih untuk makan di warung yang ramai saat berkunjung ke suatu mal yang baru dibuka.

Padahal Anda belum tahu apakah menu yang disajikan di warung tersbutsesuai dengan selera Anda, tetapi karena orang ramai di situ maka Anda akan memilih warung tersebut.

Di lain waktu, Anda akan berbelanja souvernir di toko A karena sanak saudara di rumah banyak berpesan agar Anda pergi ke toko A itu.

Ya, seperti video diatas, Anda bisa saja tiba-tiba berhenti di pinggir jalan menghampiri kerumunan orang banyak cuma untuk kepo kenapa banyak orang.

Pak Cialdini, pakar persuasi, dan tim pernah melakukan suatu eksperimen terhadap para tamu yang menginap di suatu Hotel.

Setiap tamu sudah pasti akan selalu meminta pihak hotel untuk mencuci handuk mereka walaupun handuk tersebut baru dipakai sekali.

Eksperimen Pak Cialdini

Berdasarkan hal tersebut, Pak Cialdini dan tim melakukan eksperimen bagaimana caranya agar para tamu mau menggunakan lagi handuk yang baru sekali pakai tanpa harus dicuci hari itu.

Anda tentu pernah melihat tanda yang ditempel di kamar mandi hotel.

Tanda yang biasa ada tulisan tertentu untuk mengingatkan para tamu perihal penghematan air, sabun, shampoo, handuk dan lain sebagaianya.

Nah, pak Cialdini dan tim kemudian melakukan eksperimen dengan meletakkan tanda tersebut dengan beberapa opsi kalimat berikut:

  1. “Mohon gunakan handuk Anda kembali, Anda ikut peduli pada pelestarian lingkungan.”
  2. “Please, gunakan handuk Anda kembali agar Hotel bisa menghemat biaya untuk disumbangkan kepada pelestarian lingkungan.”
  3. “Hotel Anda ini telah memberikan sumbangan untuk pelestarian Lingkungan. Maukah Anda bergabung dengan kami”
  4. “Sebagian besar tamu Hotel menggunakan kembali handuk mereka setidaknya sekali selama mereka menginap.”

Hasil Eksperimen

Dan hasilnya, persentase tamu menginap yang berkenan untuk menggunakan kembali handuknya adalah sebagai berikut:

  • Pada opsi kalimat 1: 38%
  • Lalu, opsi kalimat 2: 36%
  • Kemudian, opsi kalimat 3: 46%
  • Terakhir, opsi kalimat 4: 48%

Terbukti sudah, para tamu hotel cenderung melakukan opsi kalimat 4 kenapa?

Oleh karena, mereka mendapat informasikan bahwa tamu lain telah melakukannya, kenapa saya tidak melakukannya?

Begitu pikiran para tamu di dalam mereka masing-masing. Tamu lain melakukannya maka saya juga harus melakukannya.

Sangat menarik sekali hasil eksperimen Pak Cialdini ya kan…?

Itulah fenomena yang akhirnya berkembang menjadi prinsip social proof untuk mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu sesuai kita mau.

Sebenarnya, ada 6 prinsip persuasi yang diperkenalkan pak Cialdini. Anda bisa membaca prinsip lainnya dalam tulisan lalu disini.

Memang tidak selamanya orang akan mengikuti orang banyak lainnya. Ada kok yang tetap ingin berbeda dengan orang lain.

Tidak Selamanya Orang itu Kepo

Satu catatan pernah disampaikan oleh psikolog sosial dari universitas Pennsylvania, Jonah Berger.

Menurutnya, ada saja orang atau grup yang tetap ingin tampil berbeda. Mereka merasa bahwa yang dilakukan orang banyak tak sesuai dengan selera mereka.

Contoh, para anak muda tentu tidak akan mendatangi restoran yang penuh oleh orang tua dan anak-anak kecil.

Mereka akan mencari restoran lain yang lebih ramai oleh anak muda.

Sebalikannya, para orang tua tentu tidak akan ikut-ikutan untuk makan di restoran yang ramai dipenuhi oleh anak muda.

Kecuali kalau memang orangnya cuek, merasa masih muda atau tidak punya pilihan lain selain makan di restoran tersebut atau sekedar mencoba.

Yah, tentunya prinsip social proof dalam konteks tertentu berguna dalam membujuk/mempengaruhi orang.

Utamanya dalam dunia pemasaran dimana prinsip-prinsip ini sudah lama diterapkan.

Jadi orang itu memang pada dasarnya “kepo” kah? Heehee..

Photo credit by: Wayne as Grazio at flicr

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Verified by MonsterInsights